Marga : Hopea / CENGAL

4 Maret 2008

Penyebaran  :  Seluruh Sumatera,  Jawa Barat,  Jawa Timur,  Kalimantan Timur,  Sulawesi dan Irian Jaya.Jenis – jenis yang penting :  Hopea sangal korth. (cengal ),   H. celebica Burck (hulu dere),   H. mengerawan Miq. (mangarawan ),  H. dryobalanoides Miq. (Merawan), H. dasyrrachis V.Sl. (Merawan ), H. ferruginea  Parijs (Merawan) , H. sericea Bl. (Merawan).  Kegunaan :  disamping sebagai penghasil damar berkwalitas tinggi (damar mata kucing), kayunya sangat disukai penduduk untuk membuat perahu, lesung dan kincir penumbuk padi, karena awet dan tidak mudah pecah. Banyak dipakai sebagai balok, tiang dan papan dalam bangunan perumahan dan jembatan atau sebagai balok penyangga, baik dalam tanah maupun dalam air. Kayu merawan juga selain untuk perkapalan juga dipakai untuk tong air, ambang jendela, kerangka rumah, telenan dan barang bubutan.Ciri – ciri khas organ vege tip :·          Bergetah bening , damar ta berwarna putih bening sampai  kuning muda·          Kedudukan daun selang – seling ·          Tangkai daun melengkung·          Permukaan bawah dan atas helaian daun licin.·          Bangun daun bulat, bulat panjang sampai lanset, melancip di ujung.·          Urat / tulang daun kedua (sekunder) menyirip seperti meranti dan sebagian sperti Dryobalanops·          Terdapat urat pendek diantara urat sekunder yang sampai ujung ·          Urat / tulang daun ketiga (tertier) tangga / jala·          Terdapat daun penumpu bangun jarum, lakas gugur ·          Kulit batang licin, beralur, berwarna kelabu atau kelabu kecoklatan.Ciri – ciri khas organ generatip :·          Bunga / buah dalam susunan malaiBuah bersayap dua besar dan tiga kecil ; ukuran buah kecil (buah + sayap maksimum 8 cm panjang) ; tulang pada sayap buah ada tujuh.

Marga : Dryobalanops / KAPUR

4 Maret 2008

Penyebaran :  Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan seluruh KalimantanJenis – jenis yang penting : Dryoblanops aromatica Gaertn. (Kapur singkel), D. fusca V.Sl. (Kapur empedu), D. lanceolata Burck (Kapur tanduk), D. beccarii Dyer (Kapur sintuk),  D.  rappa Becc. (Kapur kayat),  D. keithii Symington  ( kapur gumpait ) , D. oblongifolia Dyer   ( kapur keladan ),Marga Dryobalannops mudah dibedakan dari marga marga lain dari suku Dipterocarpaceae, tetapi didalam praktek sangat menyerupai Dipterocarpus, Shorea dan Hopea terutama bila kita melihat pada kulit batang pohonnya.Kegunaan : kayu Dryobalanops aromatica Gaertn. Dapat dipakai untuk balok, tiang,rusak dan papan pada bangunan perumahan dan jembatan,serta dapat juga dipakai untuk perkapalan, peti (koper), mebel dan juga untuk peti mati.Kayu  D. lanceolata Burck dan  D. beccarii Dyer dipakai untuk perahu, balok, tiang dan konstruksi atap pada bangunan perumahan, juga untuk mebel dan peti (koper). Di sabah kayu kapur dipakai untuk kayu lapis, konstruksi berat di tempat yang tidak ada serangan rayap yang hebat, lantai, papan amig, mebel murah, gading – gading dan papan kapal, sirap yang digergaji, karoseri dan peti pengepak untuk barang berat. Ciri – ciri khas organ vegetatip :·          Bergetah bening , damar putih susu·          Kedudukan daun selang – seling ·          Tangkai daun melengkung·          Bangun daun bulat , bulat panjang sampai lanset melancip diujung. Daun agak tipis, bila diremas berbau harum kamper.·          Urat / tulang daun kedua (sekunder) menyirip mendatar sampai mendatar rapat .·          Kulit batang  bersisik  atau mengelupas kecil sampai besar.·          Banir kuncupCiri –  ciri khas organ generatip :·          Bunga / buah dalam susunan malai·          Buah bersayap lima besar (sama besar)        *       Daun mahkota berwarna putih

Marga : Dryobalanops / KAPUR

4 Maret 2008

Marga : Dipterocarpus (Keruing)

4 Maret 2008

Suatu marga yang sangat penting dan mempunyai daerah yang sanagt luas.Penyebaran :  Mulai dari India sampai ke Indonesia dan Filipina. Di Indonesia terdapat diseluruh Sumatera, Jawa dan Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.Jenis-jenis yang penting :  Dipterocarpus acutangulus  Vesque  ,D.  borneensis  Slooten  ( Keruing daun halus ), D. caudiferus  Merr.  ( Keruing Anderi ) , D. confertus  Slooten ( K. Tempudau ), D. cornutus Dyer. ( Keruing Gajag, Tempudau ),  D. coreaceus  Slooten ( Keruing paya,Tempurau) , D. crinitus  Dyer. ( K. bulu, k. mempelas ) , D. elongatus Korth. ( K. latek, K. D. eurhynchus  Miq.  ( K.  minyak ) , D. gracilis  Blume  ( K. keladan, k. kesat ) , D. grandiflorus (Blanco) Blanco (K.belimbing ) , D. hasseltii  Blume  ( K. bunga, K. kerukup ) , D. humeratus Slooten  ( K. latek bukit ), D. kunsleri  King  ( K. Tempudau, kambalong ), D. lowii Hook.f. ( K. batu, K. sol ),  D.  oblongifolius  Blume  ( K. neram ) , D. stellatus  Vesque ssp. Parvus P.S.Ashton                                           ( Keruing daun nipis , K. bulu ) , D. sublamellatus Foxw.  ( K. kerut ),  D.  tempehes  ( K. tempehes ) , D. validus Blume ( Kaladan, kambong, tempudau) ,  D. verrucosus  Foxw. Ex Slooten ( K. merah )     Kegunaan : Kayu keruing adalah kayu keras dengan bobot sedang hingga berat. Karena kayunya beragam, kadang-kadang digolongkan menjadi keruing berbobot ringan, menengah dan berat.  Pohon ini merupakan sumber penting kayu bahan bangunan pada umumnya. Kegunaannya terutama untuk di dalam ruangan, misalnya balok-balok, tangga, kerangka pintu dan jendela, perabot kasar dan penutup lantai.Ciri – ciri khas organ vegetatip :·    Bergetah bening (damar putih, putih susu, kuning ) ·    Kedudukan daun selang – seling ( beberapa ada yang tersebar )·    Tangkai daun melengkung·    Tangkai daun menebal diujung, kadang terdapat penebalan di ujung dan di pangkal tangkai daun.·    Bangun daun bulat sampai bulat panjang ; bulat atau lancip diujung; dapat mencapai ukuran daun yang sangat besar (+ 40 cm)·    Pinggiran helaian daun bergelombang ·    Urat daun / tulang daun kedua (sekunder) menyirip ; kadang diantara dua urat daun sekunder terdapat bekas lipatan.·    Urat daun ketiga (tertier) tangga·    Kuncup ujung dilindungi oleh daun penumpu bangun tudung dan bila membuka membelah dua memanjang. daun menumpu bila lepas meninggalkan bekas perlekatan pada ranting berupa lingkaran cincin pada setiap kedudukan daun.·    Pada ranting kadang pada permukaannya terdapat bintik – bintik sel gabus.·    Kulit batang pada permulaanya licin dan bila sudah tua bersisik /mengelupas dalam lembaran sedang sampai besar serta berlentisel.·    Banir kuncup pendek sampai tinggi.Ciri – ciri khas organ generatip :·    Bunga / buah dalam susunan malai. Daun mahkota dengan garis – garis berwarna putih atau kuning dan bau harum.Buah bersayap dua besar dan tiga kecil ; sayap di pangkal bersatu merupakan tabung ; tabung lepas dari buah. Tulang pada sayap buah berjumlah tiga buah

Marga : Cotylelobium / Giam

4 Maret 2008

Suatu keluarga / marga kecil dan sangat dekat dengan marga Vatica.Penyebaran :  Kalimantan dan Sumatera ,Malaysia, Muangthai dan SrilankaJenis – jenis yang penting :   Cotylelobium flavum Pierre (Giam)                                             Cotylelobium malayanum V.Sl. (Giam)                                             Cotylelobium melanoxylum  Pierre (Giam)Kegunaan  :  karena keawetannya tinggi, begitupula kekuatannya, kayu giam banyak dipergunakan penduduk untuk perumahan, terutama untuk tiang, baik untuk bagian yang atas maupun dibawah tanah, demikian juga dalam air tawar dan air laut. Selain dari pada itu dipergunakan juga untuk semua sortimen kayu perkepalaan ( Lunas, gading – gading, papan, pendayung ), kayunnya cocok untuk konstruksi berat, pertambangan, lantai, balok – balok kecil  pada gerbong, tiang listrik, bantalan, rangka pintu dan jendela.Ciri – ciri khas organ vegetatip :·          Bergetah bening , damar berwarna kuning – kecoklatan·          Kedudukan daun selang – seling ·          Tangkai daun melengkung·          Daun menyerupai daun meranti. Kadang terdapat daun penumpu bangun lanset, tapi lekas gugur ·          Urat daun kedua (sekunder) susunan  menyirip, pada ujung tiap urat daun sekunder bersambungan satu sama lain dengan suatu lengkungan  ( looping ).·          Kulit batang licin  atau retak   berwarna kelabu·          Tidak berbanir.Ciri – ciri khas organ generatip :·          Bunga / buah dalam susunan malai ·          Buah bersayap dua besar dan tiga kecil. Ada pula buah yang bersayap tiga besar dan dua kecil. Buah berbulu rapat.·          Tulang pada sayap buah ada lima.

Marga : ANISOPTERA / MERSAWA

4 Maret 2008

Penyebaran :  Burma sampai ke Papua. Di Indonesia diketemukan di Sumatra, Kalimantan, sulawesi, Maluku dan Papua.Jenis – jenis penting :  Anisoptera costata Korth. (Mersawa)                                    Anisoptera grossivenia  V.Sl .  (Mersawa)                                    Anisoptera marginata Korth.   (Mersawa)                                    Anisoptera  laevis Ridl.  (  Mersawa durian )                                    Anisopterta reticulata P.S. Ashton  ( Mersawa ) Kegunaan :  Kayu mersawa dapat dipakai untuk bangunan ringan di bawah atap (Balok, kaso, reng, papan), kaso, venir luar dan dalam untuk kayu lapis, mebel murah, papan perahu, karoseri, lantai, dulang (alat pencuci bijih logam). Ciri – ciri khas organ vegetatip :·          Mengandung getah bening , damar kuning – kuning pucat ·          Kedudukan daun selang – seling·          Tangkai daun melengkung·          Bangun daun menyerupai daun meranti dengan permukaan bawah daun  berbulu halus / kasar. Warna bulu kuning jingga. (warna ini tetap sampai daun gugur.·          Urat daun kedua ( sekunder ) sambung dan menjerat ( looping )·          Urat daun ketiga (tertier) susunan tangga ·          Kulit batang beralur dangkal sampai dalam berwarna agak keabu – abuan.·          Kulit dalam berlapis berwarna kuning pucat sampai kream.·          Banir  papan  ( tebal ) Ciri – ciri khas organ generatip :·          Bunga / Buah dalam susunan malai·          Buah bersayap dua besar dan tiga kecil ; sayap di pangkal bersatu merupakan tabung; tabung melekat dengan buah.·          Tulang / urat pada sayap buah ada tiga.

PENGENALAN SUKU DAN MARGA

4 Maret 2008

 Suku dipterocarpaceae adalah salah satu suku tumbuhan pohon dalam Hutan Tropik Basah di Indonesia yang merajai hutan – hutan dataran rendah, baik ditinjau dari segi jumlah jenis – jenis pohonnya yang menjulang tinggi maupun dari segi volume kayunya dalam satu hektar.Ditinjau dari segi ukuran pohon – pohonnya, biomasa dan jumlah jenis, ia merupakan salah satu suku yang paling sukses diantara semua tumbuhan – tumbuhan berbiji di Asia – Tenggara.Marga – marga yang terpenting di Indonesia diantaranya adalah : 1.        Marga  Anisoptera (Mersawa)2.           ,,       Dipterocarpus (Keruing)3.           ,,       Cotylelobium  (Giam)4.           ,,       Dryobalanops  (Kapur)5.           ,,       Hopea  (Cengal)6.           ,,       Shorea  (Meranti)7.           ,,       Parashorea  (Kadang disebut Balau)8.           ,,       Vatica  (Resak)9.           ,,       Upuna  (Belum mempunyai nilai ekonomi) Salah satu ciri khas dari seluruh anggota suku Dipterocarpaceae adalah, bahwa ia mengandung getah bening yang didalam perdagangan dikenal dengan nama damar.Bilamana kita lihat pada namanya suku Dipterocarpaceae (diambil dari nama Dipterocarpus) mempunyai arti buah bersayap, sungguhpun tidak tepat. Semua anggota suku Dipterocarpaceae buahnya bersayap lima.Penyebaran suku Dipterocarpaceae di dunia :a.        Bagian Barat  :  Kurang akan jenis daerah Afrika – Tengah

b.        Bagian Timur : Dari Seychellen sampai Papua.

Di kalimantan terdapat paling banyak jenis, diperkirakan ada kurang lebih 272 jenis. Mungkin masih banyak yang belum kita kenal

sampai sekarang. Sebelah Timur garis Wallace tidak terdapat banyak jenis. Ada anggapan bahwa Dipterocarpaceae terjadi di Kalimantan dan dari sini beremigrasi ke lain – lain tempat. Halangan – halangan iklim memainkan peranan yang penting dalam penyebarannya. Suku Dipterocarpaceae adalah salah satu penghuni dari hutan – hutan Tropika Basah dari 0 m diatas permukaan laut sampai 1200 m diatas permukaan laut. Menurut Symington, suku Dipterocarpaceae yang terdapat di sulawesi beremigrasi Ke Sulawesi lewat Pilipina. Oleh karena itu jenis – jenis yang terdapat di Sulawesi terdapat pula di Pilipina. Perlu dikemukakan, bahwa suku ini ekonomis adalah sangat penting. Dengan jenis – jenisnya yang banyak itu, kelas kayunya bervariasi antara kelas V sampai kelas I.Ciri-ciri khas  organ  vegetatip dari suku Dipterocarpaceae dapat dikemukakan antara lain :1.        Mengandung getah bening dan bila beroksidasi akan menjadi damar , yang bila di teliti pada tiap marga, lebih – lebih pada jenisnya akan ada perbedaan dalam warna setelah mongering. 2.        Kedudukan daun sebagian besar jenis adalah selang – seling 3.        Mempunyai tangkai daun yang melengkung4.        Daun tunggal dengan pinggiran daun : ·          bergelombang·          rata·          ujung daun runcing sampai  meruncing. 5.        Urat daun tertier tangga ,jala  atau tangga -jala6.        Urat daun sekunder menyirip, menyirip mendatar sampai mendatar rapat atau menyirip tidak teratur7.        Ada atau tak ada daun penumpu . bila ada lama melekat pada ranting atau lekas gugur 8.        Tangkai daun rata atau menebal diujung sampai pipih9.        Kulit batang beralur dangkal sampai dalam , beralur bersisik,  bersisik, licin bergelang sampai mengelupas lembaran atau bersisik dan berlentisel.Ciri-ciri khas organ generatip   : ·          Buah bersayap dengan jumlah sayap ada lima  yang dalam pertumbuhannya diantaranya ada 2  besar dan 3 kecil atau          3   besar dan 2 kecil atau kelimanya besar·          Bunga –bunga dalam susunan malai. Daun dengan urat – urat daunnya dapat dijadikan salah satu ciri khas utama bagi penentuan marganya. Penggunaan organ generatip bunga dan buah dalam penentuan suku, marga dan jenis adalah paling utama, namun karena bunga dan buah tidak diketemukan pada pohon tidak setiap tahun, malah kadang – kadang tiga sampai empat tahun sekali, maka pengenalan dengan menggunakan organ – organ vegetatip adalah dianjurkan.

PENGENALAN SUKU DAN MARGA DARI SUKU DIPTEROCARPACEAE

7 Desember 2007

PENDAHULUAN

 Indonesia memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna.  Kita boleh berbangga dengan kekayaan tumbuhan yang tidak dimiliki negara lain.  Lebih kurang 30.000 sampai 40.000 jenis tumbuhan yang tersebar dari Aceh sampai Papua, dari daratan rendah hingga dataran tinggi  dari daerah tropik hingga daerah sejuk. Jenis-jenis pohon di Indonesia sangat banyak.  Oleh Endert, seorang pakar tumbuh-tumbuhan Belanda yang pernah bekerja di Indonesia ditaksir ada kira-kira 4.000 jenis pohon dan dari 4.000 jenis ini belumlah kita kenal semua baik namanya maupun sifatnya.  Sedangkan kurang lebih 400 jenis diantaranya mempunyai nilai perdagangan dibidang hasil kayunya.  Selain hasil kayu ini tentu masih ada hasil lainnya seperti hasil kulit, getah, buah dan lain-lain yang kesemuanya masih memerlukan penggarapan para pakarnya. Untuk mengidentifikasi / determinasi tanaman kehutanan, khususnya pohon yang menghasilkan kayu, getah, kulit, buah dan lain-lainnya dalam perdagangan memerlukan tahapan praktek identifikasi atau determinasi di lapangan maupun di laboratorium secara terus-menerus yang dimulai dari identifikasi organ tubuh pohon yang dapat digunakan penentuan kelompok / golongan pohon secara tepat. Pepohonan yang terdapat di hutan tropika Indonesia memiliki sifat-sifat morfologi yang sangat beraneka-ragam.  Secara umum pepohonan memiliki bagian-bagian yang dapat digunakan untuk mengenalnya.  Bagian-bagian tersebut adalah batang, tajuk, dahan dan ranting, kuncup, bunga dan buah.   Secara umum batang pepohonan di dalam hutan mempunyai sifat yang beranekaragam yang dapat  dikelompokkan berdasarkan sifat morfologi bagian luar dan bagian dalamnya.  Sifat morfologi bagian luar yang dimaksud adalah diameter pohon yang diambil  50 cm  ke atas dar  sifat-sifat yang mudah dilihat atau diraba tanpa menggunakan parang atau alat lainnya, sedangkan sifat morfologi bagian dalam adalah sifat-sifat dapat dilihat setelah batang ditakik dengan parang. Untuk identifikasi tumbuhan secara baik dan benar harus dikombinasikan dengan  pengenalan morfologi seranting daun.  Dalam kegiatan penanamaan ilmiah suatu jenis tumbuhan diperlukan data dan bukti ilmiah yang dapat ditelusuri kembali oleh para ahli tumbuhan, baik yang sezaman maupun dari generasi berikutnya.  Bukti ilmiah yang umum dijadikan bahan penulusuran, selain berupa barang cetakan yaitu buku-buku monografi tumbuhan juga berupa koleksi material herbarium.  Koleksi material herbarium tersebut terdiri atas contoh daun, kuncup dan bunga atau buah jika ada, yang melekat pada ranting yang telah diproses sedemikian rupa  sehingga dapat disimpan lama. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pengenalan morfologi seranting daun , kulit luar, dan kulit dalam sangat penting dalam menentukan nama ilmiah suatu jenis tumbuhan.  Bahwa kegiatan menentukan nama ilmiah suatu jenis tumbuhan disebut kegiatan identifikasi atau determinasi.  Jika kita memiliki seranting daun dari pohon yang akan ditentukan nama ilmiahnya maka determinasi dilakukan berdasarkan koleksi material herbarium yang telah diberi nama ilmiah oleh ahli taxonomi tumbuhan.DUNIA TUMBUHANDunia tumbuhan dibagi menjadi beberapa Divisi, yaitu : Divisi Schizophyta ( tumbuhan belah ), Divisi Thallophyta ( Jamur-jamuran ), Bryophyta ( lumut-lumutan ), Pteridophyta ( Paku-pakuan ) dan Spermatophyta ( tumbuhan yang berkembangbiak dengan biji secara alami ). 1.         Tumbuhan belah ( Schizophyta ), meliputi  ±  35.000 jenis tumbuhan.2.         Tumbuhan talus ( Thallophyta ), meliputi  ±  60.000 jenis tumbuhan.3.         Tumbuhan lumut ( Bryophyta ), meliputi  ±  25,000 jenis tumbuhan.4.         Tumbuhan  paku ( Pteridophyta ), meliputi  ±  10.000 jenis tumbuhan.

5.         Tumbuhan biji ( Spermatophyta ), meliputi  ±  170.000 jenis tumbuhan.

        Bahwa divisi tumbuhan berbiji, saat ini paling dominant dibandingkan 4 divisi yang lain. Pada kenyataannya bahwa tumbuhan berbiji lebih dominant bukan hanya karena jumlahnya lebih banyak, tetapi juga karena memiliki tubuh yang besar sehingga mudah dikenal dan paling menarik perhatian.Apabila  orang berbicara mengenai tumbuhan asosiasinya selalu kepada kelompok berbiji.  Oleh karena popolasi tumbuhan berbiji paling besar, sehingga zaman sekarang disebut sebagai zaman tumbuhan biji.Di masa-masa lalu kelompok-kelompok yang lain pernah merajai bumi kita ini, sehingga orang dapat menyebut zaman ganggang, zaman lumut, zaman paku dan seterusnya.  Dari angka-angka tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anggota-anggota kelompok yang pernah merajai bumi kita ini sekarang sudah punah.

Artikel selanjutnya akan ditampil secara bersambung….

Profil Penulis

15 November 2007

Ardiansyah, lahir di Samarinda pada tahun 1955, riwayat pendidikan SD. tahun 1968 Samarinda, STN (listrik) 1971 di samarinda, STMN (Mesin) 1974 dan melanjutkan Sarmud 1979(Kehutanan), S1 Unmul (Kehutanan), 1987, Riwayat Pekerjaan dimulai tahuin 1981 di BLK/SKMA Samarinda sampai tahun 1983 dan tahun 1984-2004 sebagai guru SKMA Samarinda, pada tahun 2004 bergabung kembali pada kantor BLK Samarinda sebagai widyaiswara(golingan IV/a), bidang keahlian- Budidaya hutan (dendrologi, silvikultur, ilmu tanah dan iklim) 

E-Mail : ardiansyah.iyan@yahoo.co.id

Halo dunia!

15 November 2007

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!